Kamis, 20 Desember 2012

Ayoo Mahasiswaa!!

Jumat, 21 Desember 2012 . 13 : 45

Gue baru aja hatamin film GIE : Catatan Seorang Demonstran . Ngga tau, tiba-tiba aja gue berniat buka youtube dan nonton film itu, dan entah ada angin dari mana, gue sama sekali gak buffer. Awal gue berniat buat nonton film ini lagi tuh sejak gue nonton 5 cm bareng temen-temen di margo. Setting film mereka itu di Puncak Mahameru, Gunung Semeru. Filmnya nasionalis banget dan tentunya ada setting di UI juga, makanya gue tertarik buat nyari film lain tentang anak muda yang nasionalis dan di UI, yaaap langsunglah tertuju pada film Gie ini.

Sehatamnya gue nyelesain film Gie ini, gue berfikir ( akhirnya berfikir ! ) kenapa ya kondisi mahasiswa saat ini dan jaman dulu waktu gie kuliah ( sekitar tahun 1965 ) .

Yang gue tangkep dari mahasiswa jaman dulu tuh, mereka tegas, keras, kritis, berani, dan sangat amat peduli pada perubahan bangsa. Mereka bikin organisasi-organisasi untuk menampung aspirasi-aspirasi mahasiswa lainnya tentang bangsa ini. Kuliah buat mereka itu bener-bener dimanfaatkan untuk mencari  ilmu untuk pengabdian pada masyarakat, walaupun tetap saja ada segelitir mahasiswa yang hanya memikirkan diri sendiri, tapi setidaknya mahasiswa jaman dulu tuh lebih peka terhadap keadaan sekitarnya. Rasa kecintaan mereka dan rasa nasionalis mereka pada Indonesia sangat tinggi. Mereka mencari kebenaran dengan cara apapun walaupun medannya sulit, mereka tidak mau didikte dengan keadaan, mereka berani memberontak pada suatu keadaan yang ganjil.

Dan gue membandingkan dengan mahasiswa saat ini, gue yang saat ini udah berkedudukan menjadi mahasiswa sama sekali belom bisa ngasih kontribusi besar pada Indonesia, apakah hanya cukup dengan mencintai Indonesia dengan ikut eskul tari tradisional dan Paskibra di SMA ? Tentu saja tidaak. Timbul pikiran bagaimana gue bisa ikutan berkontribusi buat Indonesia yang lebih baik ? Gue ga tau apa wadahnya, gue juga bingung kenapa organisasi pada jaman dulu tuh lebih 'meaning' daripada yang sekarang. Lebih berfungsi. Selagi sibuk memikirkan diri gue sendiri yang belom bisa ngasih kontribusi apa-apa ke Indonesia, gue juga mengamati tingkah prilaku mahasiswa saat ini.

Banyak muncul berbagai istilah seperti 'Mahasiswa Ninja', 'Mahasiswa kupu-kupu', dll. Memangnya apa mahasiswa ninja ? Yang masuk kalo cuma ujian tengah semester atau UAS, sedangkan pada proses belajar mereka gak pernah dateng, terus tiba-tiba ada nilainya. Mereka bak dewa yang bisa cepet ngerjain soal ujian tanpa harus belajar. Tapi apa sih fungsinya itu ? Buat apa mahal-mahal bayar kuliah kalo bolos mulu, nyadar ga sih kalo kalian tuh udah ngekhianatin orang tua kalian sendiri, emangnya kalian gak takut karma apa . Selain itu juga, mahasiswa jaman sekarang kurang peka sama bangsa sendiri. Mereka seakan gak peduli sama persoalan-persoalan bangsa ini, merek lebih suka ngebahas tentang cinta/pacaran, tentang jalan-jalan, shopping, futsal, nonton, tawuran, hura-hura, mikirin gimana caranya dapet contekan, pokoknya mikirin tentang kesenangan diri sendiri deh.

Bagaimana Indonesia mau maju kalo generasi mudanya kaya gini. Gak usah nengok ke masa-masa SMA lagi deh, sekarang itu kita udah mahasiswa. Inget ! Ada imbuhan maha- didepan siswa nya, itu berarti seluruh masyarakat Indonesia menganggap kita adalah orang yang paling bisa membenahi bangsa ini, membawa perubahan untuk menjadi lebih baik, menyelesaikan PR pendahulu-pendahulu kita. Jangan dikira kita sudah merdeka dari penjajahan, sudah mengalami revolusi dan reformasi, setelah itu kita bebas petantang petenteng seolah-olah tidak ada lagi tantangan yang menghadang kita. Justru tantangan kedepan itu lebih sulit lagi, yang jaman dulu kita bisa membedakan jelas yang mana yang baik dan buruk, saat ini semuanya terlihat baik padahal belum tentu semuanya baik, kita sulit membedakan mana yang pro dan yang kontra.

Ini adalah intisari dari postingan gue kali ini yang gue post di twitter juga :
" mahasiswa jaman dulu sama saat ini beda 345 derajat, kenapa ngga 360 derajat ?
Karena masih ada 15 derajat mahasiswa yang memikirkan nasib bangsa ini
mau dibawa kemana bangsa ini,
dimana posisi kita di bangsa ini,
dan bagaimana kita menceritakan pada anak cucu kita tentang bangsa ini nantinya"

Karena ituu, marilah kita sebagai mahasiwa , sama-sama berjuang membawa perubahan dan manfaat bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Jangan mau hanya nurut dan didikte oleh keadaan. Jangan mudah terpengaruh dengan emosi yang tiada gunanya, ini bukan saatnya lagi kita berjuang dengan metode militer, ini saatnya diplomasi yang berperan. Kita berperang dengan pemikiran-pemikiran untuk membawa Indonesia yang lebih baik. Lupakan si kuning, si merah, si hijau, si biru, si abu-abu, si orange, si pink, si cokelat, dan warna-warna lainnya, karena sebenarnya warna kita hanya dua, yaitu Merah Putih



Tidak ada komentar:

Posting Komentar