TEORI KEPEMIMPINAN
A. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan tampaknya lebih merupakan konsep yang berdasarkan pengalaman. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C. Rost.,1993).
B. Teori-teori Kepemimpinan
1. Teori orang-orang terkemuka
Bernard, Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.
2. Teori lingkungan
Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh kemampuan dan keterampilan yang memungkinkan dia memecahkan masalah sosial dalam keadaan tertekan, perubahan dan adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam dari individu melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.
3. Teori personal situasional
Case (1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
4. Teori interaksi harapan
Homan (1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok maka aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak anggota kelompok yang berhasil diajak berinteraksi.
5. Teori humanistik
Likert (1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses yang saling berhubungan dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang berlangsung.
6. Teori pertukaran
Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota untuk menempati status yang cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan kehilangan kekuasaaanya bila para anggota tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala kewajibannya.
C. Tipe-tipe Kepemimpinan
1.Tipe Otokratis
Ciri-cirinya antara lain:
a. Mengandalkan kepada kekuatan / kekuasaan
b. Menganggap dirinya paling berkuasa
c. Keras dalam mempertahankan prinsip
d. Jauh dari para bawahan
e. Perintah diberikan secara paksa
2. Tipe Laissez Faire
Ciri-cirinya antara lain :
a. Memberi kebebasan kepada para bawahan
b. Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan
c. Semua pekerjaab dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahan
d. Tidak mempunyai wibawa
e. Tidak ada koordinasi dan pengawasan yang baik
3. Tipe Paternalistik
Ciri-cirinya antara lain :
a. Pemimpin bertindak sebagai bapak
b. Memperlakukan bawahan sebagai orang yang belum dewasa
c. Selalu memberikan perlindungan
d. Keputusan ada ditangan pemimpin
4. Tipe Kepemimpinan
Ciri-cirinya antara lain :
a. Dalam komunikasi menggunakan saluran formal
b. Menggunakan sistem komanda/perintah
c. Segala sesuatu bersifat formal
d. Disiplin yang tinggi, kadang bersifat kaku
5. Tipe Demokratis
Ciri- cirinya antara lain :
a. Berpatisipasi aktif dalam kegiatan organisasi
b. Bersifat terbuka
c. Bawahan diberi kesempatan untuk member saran dan ide – ide baru
d. Dalam pengambilan keputusan utamakan musyawarah untuk mufakat
e. Menghargai potensi individu
6. Tipe Open Leadership
Tipe ini hampir sama dengan tipe demokratis. Perbedaannya terletak dalam hal pengambilan keputusan. Dalam tipe ini keputusan ada ditangan pemimpin.
Sumber : http://irariefmusthofa.wordpress.com/2014/01/28/teori-kepemimpinan-kasus-tou-4/
Kasus 4 : Bank Seruni
Bank Seruni Indonesia adalah bank besar di Yogyakarta. Bank ini mempunyai empat cabang yang tersebar di empat kabupaten di daerah DIY. Selama beberapa bulan, manajemen telah dan sedang mempertimbangkan suatu perubahan prosedur-prosedur evaluasi latihan. Suatu perubahan yang akan mempengaruhi baik departemen personalian maupun para manajer cabang. Rencana tersebut telah didiskusikan dengan semua orang yang akan dikenal, dan sebagian dari mereka menentang perubahan itu. Penyela latihan, Atika Nurhadi adalah salah seorang penentang yang paling keras.
Setelah diskusi dengan para pengelola bank lainnya, wakil direktur bidang personalia, Ramona Dangdut, memutuskan untuk mengimplementasikan perubahan. Dia membentuk dan menyeleksi para anggota satuan tugas khusus untuk mengimplementasikan perubahan dan mengangkat Atika sebagai kepala satuan kerja tersebut. Ketika Ramona meminta kesediaan Atika, dia menerima jabatan itu, dan kemudian berkata "Bapak tahu bahwa saya menentang perubahan ini. Mengapa bapak memilih saya sebagai pimpinan?"
Ramona menimpali "Ya, saya mengetahui ketidaksetujuan saudara. Kami memilih saudara karena kami menanggap bahwa bila ada berbagai kekurangan dalam usulan perubahan, saudara akan menemukannya. Dan kami percaya saudara dapat membetulkannya"
Pertanyaan :
1. Mengapa seorang manajer seperti Ramona memilih pemimpin oposisi untuk mengimplementasikan perubahan? Apakah saudara setuju dengan tindakan ramona tersebut ? Mengapa?
2. Berapa besar derajat kesuksesan ramona dalam pelaksanaan perubahan menurut perkiraan saudara ? Apa alasan saudara berpikir demikian ?
Jawab :
1. Dilihat dari gaya kepemimpinan Ramona yang bertipe open leadership ini, Ramona mampu melihat oposisi dari sisi lain yang lebih positif dan mampu merubah ekspetasi negatif yang dikeluarkan oposisi yang kemudian diterapkan ke suatu hal yang lebih bermanfaat atau lebih berguna bagi kelangsungan perusahaan itu sendiri. Hal ini dapat dibuktikan pada perkataan ramona saat menjawab pertanyaan atika tentang mengapa atika lah yang dipiih menjadi pemimpin. Saat itu Ramona yakin bahwa pikirian opositif yang dimiliki Atika memiliki kepekaan yang tinggi akan kekurangan-kekurangan yang ada pada program baru yang dibuat ini, sehingga mampu membaca celah kelemahan dan dapat segera diperbaiki.
Saya pribadi setuju dengan keputusan yang dibuat Ramona, karena tidak selamanya oposisi itu berarti negatif atau buruk bagi jalannya suatu organisasi ataupun suatu perusahaan. Kepekaan mereka dalam menaggapi kelemahan suatu program dapat dijadikan pelajaran untuk memperbaiki program tersebut menjadi lebih sempurna.
2. Menurut saya derajat kesuksesan Ramona adalah 50 : 50 . Saya berpikir demikian karena ini semua bergantung dari orang yang dipercaya Ramona itu sendiri, yaitu Atika. Apakah Atika mampu beradaptasi dengan suatu hal yang dulunya sangat dia segani. Selain itu juga, melihat background Atika sebagai oposisi yang paling keras, tentunya mempengaruhi loyalitas karyawan yang berada dibawah Atika yang dulunya pro dengan program ini, kesuksesan Ramona dalam memilih Atika sebagai pemimpin ini pun juga dipengaruhi dengan loyalitas para pekerjanya. Namun, saya optimis bila Atika mampu merangkul bawahannya dengan adil tanpa memandang siapa yang dulu pro maupun kontra, maka keputusan Ramona dalam memilih Atika sbagai pimpinan tidaklah sia-sia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar